Pagelaran Seni sandur mulai muncul kembali di Bumi Angling
Dharma Bojonegoro, setelah sekian lama tidak pernah memunculkan batang hidungnya akhir - akhir ini kesenian yang berbentuk Teater Tradisional tersebut mulai sering
menampakkan lagi wajahnya dengan sajian yang sederhana, yang mana menjadi ciri khas dari kesenian
sandur tersebut.
Sebelumnya,
kesenian sandur ini sempat mengalami kemunduran setelah terjadinya
peristiwa G 30 S/PKI pada tahun 1960 lalu. Hal ini disebabkan karena kesenian
sandur dianggap telah disusupi oleh lembaga kesenian masyarakat (Organisasi Massa milik PKI). Dengan situasi
politik saat itu membuat kesenian sandur menjadi semakin
terpojok dan mengalami kemunduran yang sangat drastis.
Hingga pada tahun
1978, kesenian ini muncul kembali namun baru di tahun 1993 sandur mulai
dipentaskan dan
meningkatnyapun sangat drastis. Hingga saat ini
kesenian yang terdiri
dari Delapan adegan yang terbagi dalm Tiga babak tersebut kini telah beberapa kali dipentaskan dengan bentuk dramatikal yang
lebih tertata.
Saat ini
Keberadaan kesenian sandur sering dijumpai di daerah Ledok kulon, Kabupaten Bojonegoro, Tepatnya di
Sanggar sayap Jendela. Dalam kegiatanya, komunitas ini melakukan latihan rutin tiap Tiga bulan
sekali, dan beberapa kali seni sandur dipentaskan. Peserta dalam kegiatan
ini kebanyakan dari kalangan pelajar SMP maupun SMA. Adapun juga anak-anak
kecil yang semangat dalam melestarikan kesenian Sandur ini.
Ditemui, Mas Takim sebagai Salah satu perintis Komunitas Sayap
jendela mengungkapkan, bahwa “Kesenian sandur
ini sering kami pentaskan dan kami ajarkan kepada teman-teman SMA/SMP
dan masyarakat yang ingin melestarikan kesenian ini, selain pentas Teater
Modern seperti Pantomim dan sebagainya kami juga sering mementaskan kesenian
sandur, karena sandur ini merupakan kesenian asli Bojonegoro yang harus kita
kawal dan lestarikan, melihat semakin kebelakang kesenian sandur mulai tergerus
oleh kemajuan zaman dan teknologi yang menyebabkan anak-anak lebih menyukai
budaya luar daripada budaya asli daerahnya. tari-tari K-pop dan sejenisnya
menjadi budaya bagi anak-anak penerus Budaya asli Bojonegoro saat ini, maka
dari situlah bagaimana supaya budaya lokal ini bisa tetap terjaga kita kembalikan
lagi pada anak-anaknya, kemudian dari kami harus memberi wawasan dan
pengenalan-pengenalan kesenian sandur kurang lebihnya melalui komunitas ini”.
NAMA :
M. SHOHIBUL ANWAR