Kamis, 23 Juni 2016

Model Pembelajaran Integrated Twin Towers (serial 1)

Oleh: Akh. Muzakki
Ketua Tim Konversi UINSA
Integrasi keilmuan
Mengembangkan keislaman
Jiwa pertiwi bermartabat
Berkembang – berkembang
Puji syukur kepadaMu
Kujunjung dan kusanjungkan
Nusa Bangsa dan Negara Indonesia
UINSA tercinta jaya
Itulah bait ref dari lirik Hymne UINSA yang menjadi lagu wajib keluarga besar Universitas Islam negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, kampus yang kini lebih dikenal dengan akronim UINSA. Bait ref itu dengan sangat baik sekali menggambarkan semangat dasar pengembangan keilmuan yang dilakukan oleh UINSA: integrasi keilmuan. Semangat integrasi keilmuan tersebut diwujudkan dengan mengembangkan desain akademik ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologi yang berbasis pada karakter dan kultur keislaman yang berakar pada kekhasan nasional Indonesia.
Hymne UINSA itu sendiri menandai era baru pengembangan keilmuan yang menjadi konteks dari pengembangan kelembagaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi UIN. Muatan integrasi keilmuan yang diusung oleh bait ref dari lirik Hymne UINSA di atas merupakan nilai yang juga diamanatkan oleh, dan menjadi pertimbangan lahirnya, Peraturan Presiden RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang perubahan IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam poin "menimbang", Perpres tersebut menyebutkan: "bahwa dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan proses integrasi ilmu agama Islam dengan ilmu lain serta mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang PerubahanInstitut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya."
Pesan partikularnya, perubahan kelembagaan IAIN menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya di antaranya dilatarbelakangi oleh kepentingan integrasi keilmuan. Untuk kepentingan spesifik pengembangan integrasi keilmuan itu, kelembagaan IAIN Sunan Ampel Surabaya dikembangkan menjadi UIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai konsekuensi akademik dari perubahan kelembagaan dimaksud, berbagai disiplin keilmuan memungkinkan untuk dibuka dan diselenggarakan di dalamnya. Disiplin keilmuan selain ilmu-ilmu keislaman dilegalisasi untuk diselenggarakan bersama ilmu-ilmu keislaman itu sendiri. Oleh karena itu, dalam perspektif stuktur organisasi dan tata kelola, sejumlah program studi (prodi) dan fakultas baru yang berbasis keilmuan selain ilmu-ilmu keislaman dibuka. Prodi-prodi dan fakultas-fakultas tersebut mendampingi prodi-prodi dan fakultas-fakultas yang berbasis ilmu-ilmu keislaman yang selama ini ada.
Perubahan kelembagaan di atas bisa diibaratkan begini: rumah sudah berubah dan sudah direnovasi. Kamar-kamar lama diperbaiki dan dikembangkan. Kamar-kamar baru juga sudah disiapkan. Kalau sebelumnya, sebagai misal, di tanah yang luas itu hanya didirikan rumah dengan bangunan 200 m2, maka sekarang rumah itu diperlebar. Desainnya dibuat sedemikian rupa untuk mengakomodasi pelebaran bangunan rumah itu. Kalau sebelumnya rumah itu berisi 5 kamar, sebagai contoh lain, kini rumah itu dikembangkan dengan tambahan 4 kamar baru. Kamar lama tetap ada dengan beberapa renovasi, dan kamar baru dibuat secara berdampingan atau berjajar dengan kamar yang lama. Walhasil, rumah beserta kamar-kamar yang ada di dalamnya telah diperbaiki dan bahkan dibangun kembali dengan sejumlah penambahan baru. Namun, 5 kamar lama tetap menempati posisi utama di rumah baru itu.
Pekerjaan yang tersisa adalah bagaimanakah mendesain interior dan menata barang-barang di dalam rumah itu agar memunculkan suasana yang baru, segar, dan sehat untuk kebaikan dan perbaikan kualitas hidup penghuninya. Termasuk pula bagaimana mereka yang tinggal di dalamnya ikut berubah pemahaman, sikap dan perilaku saat mereka sudah berada di dalam rumah dan kamar baru itu. Kebiasan luhur selama ini memang cukup banyak, mulai dari pemahaman bahwa rumah itu harus Islami hingga praktik yang menghendaki agar nilai Islam menjadi bagian dari kehidupan. Semua itu mesti dilestarikan di rumah dan kamar baru itu.
Namun demikian, sangat tidak diharapkan jika di rumah dan kamar yang telah dibuat baru dengan desain interior dan perlengkapan yang baru, segar, dan sehat pula itu, masih berkembang pemahaman, sikap dan perilaku lama yang tidak sehat pada para penghuni. Yang diharapkan, minimal, ada beberapa penyesuaian pemahaman, sikap dan perilaku dari penghuni terhadap tuntutan, harapan, dan kondisi yang diidealisasikan tumbuh-berkembang di rumah dan kamar baru dengan berbagai potensi yang ada di dalamnya. Itu semua dibutuhkan agar pemahaman, sikap dan perilaku bergerak seiring dengan perubahan rumah dan kamar dengan berbagai fasilitas baru yang ada di dalamnya.
Atas dasar itu semua, makna penting dari substansi yang dikembangkan oleh ilustrasi perubahan kelembagaan di atas sudah dari awal dipikirkan secermat mungkin. Desain integrasi keilmuan sudah sejak dari awal niat pengembangan kelembagaan (tahun 2009) dibuat dan menjadi bagian penting dari paket perubahan IAIN Sunan Ampel menjadi UINSA. Seperti dijelaskan dalam buku Desain Akademik UIN Sunan Ampel Surabaya (2013), pengembangan keilmuan di UINSA menggunakan paradigma integrated twin towers. Secara epistemologis, paradigma keilmuan integrated twin towers, sebagaimana diuraikan buku tersebut (2013: 34-35),membangun:
struktur keilmuan yang memungkinkan ilmu keagamaan dan ilmu sosial/humaniora serta ilmu alam berkembang secara memadai dan wajar. Keduanya memiliki kewibawaan yang sama, sehingga antara satu dengan lainnya tidak saling merasa superior atau inferior. Ilmu keislaman berkembang dalam kapasitas dan kemungkinan perkembangannya, demikian pula ilmu lainnya juga berkembang dalam rentangan dan kapasitasnya. Ilmu keislaman laksana sebuah menara yang satu dan ilmu lainnya seperti menara satunya lagi. Keduanya tersambung dan bertemu dalam puncak yang saling menyapa, yang dikenal dengan konsep ilmu keislaman multidisipliner. Menara yang satu menjadi subject matter dan lainnya sebagai pendekatan, sebagaimana diuraikan di atas.
Desain akademik yang didasarkan pada paradigma integrated twin towers di atas memiliki peranan penting untuk lahirnya integrasi keilmuan yang baik dengan memberi manfaat akademik resiprokal yang kuat kepada disiplin keilmuan yang berbeda-beda di dalam struktur kelembagaan UINSA. Peranan penting ini pun sudah digambarkan oleh buku Desain Akademik UIN Sunan Ampel Surabaya (2013:28) tersebut sebagaimana berikut: "Harapannya, melalui pengembangan kelembagaan dalam wadah UIN, IAIN Sunan Ampel Surabaya dapat memberi kontribusi perkembangan ilmu melalui menara kembar tersambung yang dibangun, dengan memberikan perhatian yang sama terhadap dua sisi ilmu (agama dan umum) sehingga dapat menjadi penerang bagi satu sama lain."
Output pendidikan yang ingin diraih dari integrasi keilmuan berparadigma integrated twin towers di atas adalah terciptanya lulusan yang ulul albab. Al-Qur'an sendiri sebanyak 16 kali menyebut konsep ulul albab untukmenjelaskan pentingnya sumber daya manusia dengan kualifikasi personal dan sosial, akademik dan non-akademik, seperti yang salah satunya ingin diciptakan oleh UINSA. Buku Desain Akademik UIN Sunan Ampel Surabaya (2013:46) telah mencatat, figur ulul albab tersebut bisa dicirikan melalui pribadi yang mampu mengintegrasikan praktik dzikir dan fikir dalam praktik kehidupan sehari-hari (al-Qur'an 39:9; 3:7), memiliki kedewasaan bersikap dan mengambil pilihan yang terbaik dalam hidup berdasarkan petunjuk ilahi (al-Qur'an 39:18; 5:100), serta mempersembahkan kemapanan intelektual (al-Qur'an 39:18; 3:190).
Melalui integrasi keilmuan berparadigma integrated twin towers di atas, UINSA memaknai dan menerjemahkan secara lebih konkret konsep ulul albab ke dalam standar kompetensi lulusan yang memiliki kekayaan intelektual, kematangan spiritual, dan kearifan perilaku. Kekayaan intelektual diharapkan mampu mengatarkan individu lulusan yang memiliki kepribadian smart (cerdas). Kematangan spiritual diidealisasikan agar tertanam kuat dalam diri inidividu lulusan kepribadian honourable (bermartabat). Kearifan perilaku dimaksudkan agar individu lulusan diperkaya dengan kepribadian pious (berbudi Luhur). Dengan ciri khas pengembangan akademik-keilmuan ini semua, maka UINSA mengembangkan semboyan "Smart (Cerdas)–Pious (Berbudi Luhur)–Honourable (Bermartabat)" sebagai platform lembaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar